Terpajannya jaringan tubuh secara
berkepanjangan terhadap kortisol atau glukokortikoid lainnya membawa pada
gambaran klinis yang secara kolektif disebut sindrom Cushing. Nama penyakit ini
berasal dari nama seorang ahli bedah syaraf Amerika, Harvey Cushing. Kondisi
ini paling sering disebabkan oleh penggunaan obat steroid yang berkepanjangan
(iatrogenik). Penyebab lain yang lebih jarang adalah tumor yang mensekresi
kortisol atau ACTH. Kondisi ini terkadang sangat sulit didiagnosis.
Gejala yang dapat ditimbulkan dari
sindrom Cushing adalah kebotakan dan hisurtisme wajah pada wanita, punuk
kerbau, hipertensi, penipisan kulit, kulit mudah memar, luka sukar sembuh, otot
menjadi lemah, nekrosis avaskular pada caput femoris, strie (garis-garis)
abdomen, peningkatan lemak di abdomen, osteoporosis, muka sembab, pipi
pletorik, timbul jerawat pada bagian wajah.
Penyebab-penyabab yang terjadi untuk
sindrom Cushing meliputi adenoma hipofisis, ACTH ektopik, adenoma adrenal,
karsinoma adrenal.
ACTH biasanya tidak
terdeteksi pada plasma pasien tumor adrenal. Pada pasien sindrom Cushing
tergantung hipofisis (disebut juga sebagai penyakit Cushing), ACTH plasma
berada dalam rentang nilai normal atau sedikit meningkat. Kadar ACTH sering
kali sangat tinggi pada pasien dengan produksi ACTH ektopik.
Penyebab
sindrom Cusing akan menentukan pilihan terapeutiknya, karenanya penting untuk
menegakkan diagnosis definitif. CT scan atau MRI pada hipofisis dapat
bermanfaat untuk mendeteksi adenoma hipofisis pada penyakit Cusing. Pengukuran
Acth yang dilakukan pada sampel vena yang diambil secara selektif terkadang
dilakukan untuk melokalisasi sumber ACTH pada kasus-kasus yang sulit.
No comments:
Post a Comment