Penyakit Grave
merupakan penyebab hipertiroidisme yang paling umum. Penyakit ini merupakan
penyakit autoimun, pada penyakit ini antibodi terhadap reseptor TSH dipermukaan
sel tiroid bekerja meniru kerja hormon hipofisis. Kontrol terhadap regulasi
normal sintesis dan sekresi T4 berkurang. Sekresi TRH oleh hipofisis dihambat
sepenuhnya oleh konsentrasi hormon tiroid yang tinggi dalam darah. Walaupun
retraksi kelopak mata yang dijumpai pada pasien penyakit Grave terjadi karena
efek kadar hormon tiroid yang tinggi, tetapi semua tanda-tanda mata disebabkan
oleh hal ini. Melainkan tiroid dan otot orbital m ungkin memiliki antigen yang
sama yang dikenali oleh autoantibodi yang beredar dalam darah. Proses inflamasi
pada mata dapat membawa pada eksoftalmos berat. Hal ini bahkan bisa terjadi
pada pasien yang eutiroid.
Gejala
dari penyakit Grave adalah kegelisahan, pembesaran payudara pada pria
(mungkin), kesulitan berkonsentrasi, penglihatan ganda, bola mata yang menonjol
(exophthalmos), Iritasi mata dan merobek, kelelahan, sering buang air besar,
gondok (mungkin), intoleransi panas, peningkatan nafsu makan, peningkatan
berkeringat, insomnia, periode menstruasi tidak teratur pada wanita, kelemahan
otot, gugup, cepat atau denyut jantung tidak teratur (aritmia jantung berdebar
atau), gelisah dan sulit tidur, sesak napas dengan aktivitas, getaran, berat
badan (jarang, berat badan).
Pemeriksaan
fisik menunjukkan peningkatan denyut jantung. Pemeriksaan leher dapat
menunjukkan bahwa kelenjar tiroid membesar (gondok).
Tes
lain meliputi:
a. Tes
darah untuk mengukur kadar TSH, T3, T4 dan bebas
b. Serapan
yodium radioaktif
c. Orbit
CT scan atau USG
d. Thyroid
stimulating immunoglobulin (TSI)
e. Tiroid
peroksidase (TPO) antibodi
f. Antibodi
reseptor Anti- TSH
Ada
3 metode untuk menangani penyakit Grave :
1. Obat
antitiroid (seperti karbimazol dal propiltiourasil). Obat-obatan ini terutama
digunakan bagi pasien yang masih muda.
2. Radioiodin.
Terapi dengan natrium 131 I, umumnya digunakan pada pasien yang lebih tua.
Kebanyakan pasien ini akhirnya harus diberi terapi penggantian tiroksin.
Karenanya “tes fungsi tiroid” harus diperiksa secara teratur untuk mencegah
terjadinya hipotiroidisme.
3. Pembedahan.
Banyak pasien yang menjalani tiroidektomi subtotal kemudian membutuhkan
penggantian tiroksin. Terkadang paratiroid rusak dan pasien menjadi
hipokalsemik setalah operasi akidat kurangnya PTH
Tes
fungsi tiroid penting dalam pemantauan ketiga terapi diatas. Perlu diingat
bahwa pada kondisi ini dibutuhkan waktu barminggu-minggu sebelum efek jaringan
hormon tiroid merefleksikan konsentrasi dalam serum. Khususnya TSH membutuhkan
waktu 6-8 minggu untuk melakukan penyesuaian ke kadar yang baru.
No comments:
Post a Comment