Translate

Wednesday, June 19, 2013

GRAVE DISEASE



Penyakit Grave merupakan penyebab hipertiroidisme yang paling umum. Penyakit ini merupakan penyakit autoimun, pada penyakit ini antibodi terhadap reseptor TSH dipermukaan sel tiroid bekerja meniru kerja hormon hipofisis. Kontrol terhadap regulasi normal sintesis dan sekresi T4 berkurang. Sekresi TRH oleh hipofisis dihambat sepenuhnya oleh konsentrasi hormon tiroid yang tinggi dalam darah. Walaupun retraksi kelopak mata yang dijumpai pada pasien penyakit Grave terjadi karena efek kadar hormon tiroid yang tinggi, tetapi semua tanda-tanda mata disebabkan oleh hal ini. Melainkan tiroid dan otot orbital m ungkin memiliki antigen yang sama yang dikenali oleh autoantibodi yang beredar dalam darah. Proses inflamasi pada mata dapat membawa pada eksoftalmos berat. Hal ini bahkan bisa terjadi pada pasien yang eutiroid.
Gejala dari penyakit Grave adalah kegelisahan, pembesaran payudara pada pria (mungkin), kesulitan berkonsentrasi, penglihatan ganda, bola mata yang menonjol (exophthalmos), Iritasi mata dan merobek, kelelahan, sering buang air besar, gondok (mungkin), intoleransi panas, peningkatan nafsu makan, peningkatan berkeringat, insomnia, periode menstruasi tidak teratur pada wanita, kelemahan otot, gugup, cepat atau denyut jantung tidak teratur (aritmia jantung berdebar atau), gelisah dan sulit tidur, sesak napas dengan aktivitas, getaran, berat badan (jarang, berat badan).
Pemeriksaan fisik menunjukkan peningkatan denyut jantung. Pemeriksaan leher dapat menunjukkan bahwa kelenjar tiroid membesar (gondok).
Tes lain meliputi:
a.       Tes darah untuk mengukur kadar TSH, T3, T4 dan bebas
b.      Serapan yodium radioaktif
c.       Orbit CT scan atau USG
d.      Thyroid stimulating immunoglobulin (TSI)
e.       Tiroid peroksidase (TPO) antibodi
f.       Antibodi reseptor Anti- TSH
Ada 3 metode untuk menangani penyakit Grave :
1.      Obat antitiroid (seperti karbimazol dal propiltiourasil). Obat-obatan ini terutama digunakan bagi pasien yang masih muda.
2.      Radioiodin. Terapi dengan natrium 131 I, umumnya digunakan pada pasien yang lebih tua. Kebanyakan pasien ini akhirnya harus diberi terapi penggantian tiroksin. Karenanya “tes fungsi tiroid” harus diperiksa secara teratur untuk mencegah terjadinya hipotiroidisme.
3.      Pembedahan. Banyak pasien yang menjalani tiroidektomi subtotal kemudian membutuhkan penggantian tiroksin. Terkadang paratiroid rusak dan pasien menjadi hipokalsemik setalah operasi akidat kurangnya PTH
Tes fungsi tiroid penting dalam pemantauan ketiga terapi diatas. Perlu diingat bahwa pada kondisi ini dibutuhkan waktu barminggu-minggu sebelum efek jaringan hormon tiroid merefleksikan konsentrasi dalam serum. Khususnya TSH membutuhkan waktu 6-8 minggu untuk melakukan penyesuaian ke kadar yang baru.

No comments:

Post a Comment