Senja adalah
penampakan langit yang indah, dimana warna jingga merah kuning biru abu hingga
ungu berpadu menjadi satu. Desiran ombak dan hembusan angin menambah kesyahduan
suasana. Aku terpenjara dalam suasana itu, suasana yang menawan. Aku duduk
disebuah ranting pohon yang gersang terdiam dan terjebak dalam lamunan. Senja
mengajarkanku tentang rasa besyukur atas ciptaan-Nya.
Sayang, dia
datang hanya sebentar. Hingga haripun mulai gelap menyamarkan warna menawan
itu. Namun, gelap tak menjadikan pemandangan semakin buruk malah semakin
bertambah indah dengan nuansa gemerlapnya bintang-bintang di langit. Blue moon
yang menjadi sumber cahaya dalam kegelapan.
Siapa aku? Kenapa aku bisa seperti ini
sekarang. Aku tak seceria dulu. Ada apakah sebenarnya dengan diriku? Dia, dia
yang membuatku menjadi seperti sekarang ini. Dia yang hanya bisa membuatku
patah, patah untuk menghadapi hidup. Aku sadar seharusnya aku tak terus menerus
seperti ini. Tak ada gunanya. Ahhhh tapi bagaimana caraku untuk lari dari ini
semua? Aku capek aku lelah merasakan seperti ini, tapi aku tak bisa. Tidak ada
satupun orang yang peduli akanku. Tidak ada!
Tiba-tiba ada
yang menepuk pundakku dari belakang, aku terkejut dan sadar dari lamunanku.
“hay.. kamu
baik-baik saja kan?”
“iya, aku
baik.”
“kenapa kamu
menangis?”
Akupun tak
sadar bahwa air mataku membasahi pipi. Segera aku mengusapnya dan berkata
kepada pria itu.
“oh,
ini hanya kena debu tadi.” Jawabku berusaha tersenyum.
Laki-laki itupun mendekatiku dan
ikut duduk disebelahku. Dan kembali bertanya.
“siapa
namamu?”
“aku
Ifa.”
“perkenalkan
aku Dewa.”
Mendengar namanya,
hatiku merasa tenang. Aku tak tau mengapa, aku yang baru saja mengenalnya namun
kenapa bisa senyaman ini? Benar-benar sangat nyaman seperti aku duduk dengan
kedua orangtuaku. Mungkin karna aku merasa akhirnya ada yang mempedulikanku
bahkan mau bersendau gurau denganku hingga aku lupa akan sedihku.
Haripun
berganti dan disaat yang sama waktu yang sama dengan hari lalu, aku kembali
menikmati senja. Tak tau kenapa aku bisa secinta ini dengan senja. Menurutku dia
yang selalu ada untukku tentu saja waktu aku bermasalah. Aku sulit mempercayai
orang lain karenanya aku memilih untuk bersahabat dengan senja.
Lelaki
itu datang mendekatiku lagi. Entah kenapa sepertinya dia juga menyukai senja,
sampai-sampai tiap haripun ikut menikmatinya bersamaku. Kembali kita
bercengkerama bersama. Baru kali ini aku merasakan bahagia setelah sekian lama
semenjak masalahku itu. Tertawa dengan seikhlas ini sehingga aku lupa bahwa aku
pernah terjatuh. Begitu ikhlas juga dia menghiburku. Candaannya yang begitu
manis semakin membuatku kagum dengannya. Namun, fikiranku tiba-tiba berkata apa tujuannya membuatku senyaman ini? Dia datang
begitu saja dan aku menyambutnya dengan gembira. Apa dia yang dikirimkan Tuhan
untukku sebagai pengganti masa lalu? Apa benar? Kalaupun iya semoga saja dia
tak akan membarikan setitik luka untukku. Ahhh sudahlah Ifa, berhenti berkhayal.
Nikmati saja apa yang ada dihadapanmu selagi kamu bisa merasakannya.
Hari
ketiga, keempat, kelima hingga keenam pun masi sama, kita selalu menikmati
senja bersama. Namun tiba di hari ketujuh, dia tak kelihatan lagi. Aku kembali
duduk sendiri menikmati senja itu. Aku merindukan sosoknya yang bisa membuatku
lupa akan pahitnya hidupku, membuatku menjadi berarti. Kemana dia? Apa benar dia hanya sesaat saja untukku? Apa benar aku tak
bisa lagi menikmati senyumannya, canda tawanya, perhatiannya lagi seperti saat
itu? Ternyata benar, aku saja yang terlalu berharap akan semua itu.
Brokk.....
Tiba-tiba ada kaleng yang
dilemparkan kearahku, kaleng itu berisi kertas berwarna pink dengan setangkai
bunga mawar warna merah. Clingak clinguk, ku mencari orang yang telah
melempariku kaleng tersebut ternyata tak ada satupun orang yang berada
disekitarku. Aku sendirian. Tapi kenapa kaleng itu tiba-tiba terlempar
kearahku. Ahh... sudahlah.
Aku
membuka kaleng itu dan mulai membaca isi dari suratnya.
Dear Ifa,
Maafkan aku yang hanya bisa menemanimu beberapa hari. Sekarang aku
harus pergi, aku tak bisa terus berada disini karna aku juga punya tugas di
kota lain. Aku yakin kamu bisa melalui harimu lagi walau tanpaku. Ifa.. jangan
pernah lupakan aku walau aku hanya bisa menemanimu sesaat. Aku akan selalu merindukanmu,
merindukan kebersamaan kita. Aku sadar aku tak pantas mengatakan ini karna aku
yang belum lama mengenalmu, tapi aku tak bisa memendamnya terlalu lama.
Ifa.. aku mengagumimu semenjak pertama kali aku mendekatimu duduk di
ranting pohon ini. Namun aku takut untuk jujur kepadamu waktu itu, dan sekarang
aku memberanikan untuk mengatakan kepadamu walau hanya lewat sebuah tulisan. Aku
berharap kamu juga mempunyai rasa yang sama denganku.
Aku janji suatu saat aku pasti akan menemuimu di tempat pertama kali
kita bertemu, disaat aku sudah sukses dan aku sudah siap untuk menyeriuskan
hubungan kita. Aku harap kamu setuju. Tunggu aku Ifa... aku menyayangimu.
Dariku yang mengagumimu,
Dewa
Tak
terasa akupun membacanya hingga menangis. Aku lega, akhirnya aku tau bahwa dia
juga mempunyai rasa yang sama denganku. Aku
janji, aku akan menunggumu Dewa, sampai kapanpun aku janji.
*****Satu Tahun Kemudian
Seperti
rutinitasku biasanya, aku kembali duduk menikmati senja di pinggiran pantai
ini. Aku selalu menunggu kedatangannya. Aku sangat rindu, satu tahun sudah. Apakah
dia lupa akan janjinya? Atau dia sudah menemukan yang lain? Betapa hancurnya
aku jika apa yang aku fikirkan itu benar-benar terjadi.
“Hay”
Tiba-tiba suara yang tak asing
kudengar itu mendekati telingaku sambil menyodorkan seikat rangkaian bunga
mawar merah lewat arah belakang badanku. Dan ketika aku berbalik, aku tak
menyangka bahwa yang datang adalah Dewa. Aku menangis lalu memeluknya sangat
erat.
“Akhirnya kau
datang Dewa, sudah lama aku menunggumu disini setiap hari semenjak kepergianmu.
Aku kira kamu lupa akan janjimu yang kamu tulis disurat itu. Aku kita kita tak
akan pernah bertemu kembali, duduk menikmati senja ini bersama seperti dulu. Aku
sangat merindukanmu Dewa.”
“Sudahlah,
jangan menangis. Aku tak akan pernah lupa dengan janjiku Ifa. Aku juga sangat
merindukanmu, bahkan ketika aku jauh darimu aku selalu memikirkan
mengingat-ingat kenangan dimana kita bersama menikmati senja dan bersendau
gurau. Aku menyayangimu Ifa dan sampai kapanpun aku tetap akan menyayangimu.” Katanya
sambil tersenyum dan menghapus air mataku.
“Terimakasih
Dewa kau sudah menepati janjimu. Aku bahagia, sangat bahagia hari ini. Bunganya.. kenapa kamu tahu kalau aku sangat
menyukai mawar merah? Kan aku belum pernah cerita ke kamu?
“Tidak usah
berterimakasih, sudah tugasku sebagai laki-laki sejati untuk menepati segala
janji yang aku ucapkan terutama untuk orang yang berarti dalam hidupku ini. Bunga
ini.. kamu tak perlu menceritakan Ifa, aku tahu pasti tentangmu.”
Akhirnya waktu
itu kembali lagi, waktu dimana aku bisa menikmati indahnya senja bersamanya. Bersendau
gurau, menceritakan pengalaman yang kita dapatkan selama kita berpisah. Dan selamanya
akan tetap seperti ini.
Terimakasih Tuhan, Engkau telah menghadirkan
sosok yang sangat mengagumkan ini, sosok yang bisa mengerti aku, membuatku
tersenyum sampai menangis bahagia. Teruslah ridhoi kami untuk tetap bersama
seperti ini sampai kapanpun. Karna aku tak mau kehilangan orang yang sangat aku
sayangi dan juga sangat menyayangiku ini.
No comments:
Post a Comment